janji

Malam berubah dingin, ketika hujan tak juga mau berhenti. Kulirik asbak yang penuh dengan puntung. Kuraih handphone dan mengetik pesan singkat.

"Dingin. Gak jadi dinner."
TERKIRIM

Kubatalkan janji. Cukup meringkuk di balik selimut.

Kulirik asbakku lagi. Masih penuh. Kubatalkan memantik rokok terakhir. Kuraih handphone kembali. Mencari sebuah nama. Ketemu.

"Hai. Gak jadi dinner bareng pacar nich. Keluar yok."
TERKIRIM

Tak berapa lama ku menunggu. Dia datang. Mengecup bibirku sekilas, memagut telingaku. Lalu bibirnya beralih ke jemari tanganku.

"Kita ke mana?" senyumnya menang. Senyuman seorang lelaki yang mendapatkan bingkisan tak terkira.

"Kita ke..."

Tilulilut tilulilut. Mendadak handphone-nya berdering.

"Iya.. iya.. oke," sahutmu datar.

Kau tutup teleponmu, "Maaf ya. Dinda minta diantar ke dokter. Perutnya sakit, takut ada apa-apa sama si jabang bayi."

Senyumku berubah. Datar dan dingin. Aku berbalik ke kamar tanpa satu kata pun.

Handphone-ku kembali berdering. Kulihat sebuah pesan singkat masuk.

"Maaf ya. Lain kali janji gak batal lagi deh. Maklum, anak pertamaku."





--Jogjakarta, 25 Maret 2011 19:25--
--tanpa pemantik--