dia yang memperhatikanku

"Belum tidur?" kau kecup pipiku perlahan.

"Belum," mata dan jariku tak beralih dari layar dan keyboard notebook di depanku.

"Tengah malam."

"Aku tahu."

Setelah mengingatkanku, kau kembali tertidur merapatkan selimut. Suasana kembali hening. Mataku masih tak beralih dari puluhan program yang sedang kubuka, menyisir satu persatu tulisan yang tertera di sana. Jariku hanya mengetik sesekali.

"Uhh, penat," kuregangkan punggung dan tanganku meninju langit-langit.
"Bikin susu panas aja ah."

Kuangkat pantatku dari kursi yang semakin panas. Mataku sebenarnya lelah, tapi rasanya kalau kutunda pekerjaan ini besok, sama saja harus mengulangi dari pemanasan dulu sebelum mengerjakan. Tanggung !!

Kubuka lemari dapur mengambil gelas. Menyobek sachet susu instan. Rasanya ada yang memperhatikan.

"Ehh, kok nyusul tidur?"

Tak kupedulikan pertanyaanmu, kupeluk perutmu erat-erat. Kau yang mendadak terganggu, memilih membelai rambutku.

"Enakan ditemenin kamu ketimbang ditemenin mas ocong," bisikku.

"Hmm, berdoa ya sebelum tidur," kembali kau kecup keningku.

"Iya, aku berdoa semoga susu instanku enggak dia minum. Udah dituang ke gelas, kutinggalin di dapur gitu aja," semakin kurapatkan mataku ke perutmu.

"Dasar !"





--Jogjakarta, 10 Maret 2011--
--selamat malam--