cinta ini tak kan habis, mak




Emak,
lama tak bersua. Dulu dan sekarang aku sama, emak pun sama. Umurku memang bertambah, tapi aku masih kanak-kanakmu mak. Aku masih suka mencium bau ketiakmu walau sekarang aku lebih suka bau sabunmu dan lebih sering menyemprotkan minyak wangiku menutupi aroma tubuhmu.

Emak,
sudah lama aku menangkup janji tak akan lagi menangis di depanmu. Bukan sebagai bukti kedewasaan atau keangkuhanku, aku cuma ingin jadi anak yang tersenyum kalau kau menangis, sama halnya emak yang tersenyum jika aku menangis semasa di gendonganmu dulu.

Emak,
aku tak sanggup menghitung berapa banyak kebaikan yang kau berikan untukku. Tapi aku masih mampu menghitung kebaikan yang kuberikan untukmu dengan jemariku. Lalu kau hentikan aku saat aku berhenti di hitungan ke sekian, "tak perlu", katamu sambil tersenyum.

Emak,
dari sekian doa yang kau lantunkan untukku, aku masih tak percaya bahwa kau ingat keinginan konyol yang kuutarakan dan kau selipkan di sela-sela pintamu pada Tuhan. Tempo lalu kau ingatkan aku tentang keinginan yang sudah kulupakan bertahun lalu dan kau menantangku untuk mewujudkannya. Dari sekian kealpaanmu tentang dunia, kau masih mengingat celotehanku.

Emak,
terima kasih telah menjadikanku seorang manusia. Maaf, jika aku tak menjadi baikmu. Aku tak ingin mengurai air mata di depanmu, karena aku cintaimu mak. Cinta ini tak akan habis. Tak pernah.




--Jogjakarta, 2 Januari 2011 9:46--
--aku rindu kamu, mak--

pict. source = chillinaris.blogspot.com