you know I'm such a fool for you

Bukankah hujan selalu menarik untuk mengawali sebuah pertemuan? Aku masih senantiasa menunggumu di tempat kita pernah bertemu. Di salah satu meja sebuah restoran dengan pelayan yang memakai celemek cokelat muda.

Sejam telah berlalu, kuhabiskan dengan memandang lurus layar handphone bercorak hitam. Tak ada panggilan, tak ada pesan. Bahkan pelayan telah dua kali kupanggil untuk memesan minuman kesukaanku, air mineral dingin.

Tak ada lagi pertanda kau akan datang. Sedetik lagi rasanya aku ingin menyerah. Tapi ingatan tentangmu tiba-tiba terlintas.

Senja yang dulu kucinta, kubenamkan kedua kakimu di pasir lembut pantai kecil yang sorenya hanya milik kita berdua. Kau bercerita entah tentang siapa, yang kuingat hanya ada aku dan kau. Berteman air laut yang mulai pasang dan nelayan udang ebi yang mulai mencari nafkah.

Malam-malam setelahnya, kau bermain-main dengan helai rambutku yang masih panjang. Kau banyak bercerita tentang dirimu, masa kecilmu, bahkan kekasih yang pernah singgah di hatimu. Aku ingat bahwa aku tak lebih dari sekedar pendengar setiamu.

Kemudian kau menarikku kasar ke tempat kau ingin menunjukkan sesuatu dan aku mengaduh kesakitan. Lalu kau genggam lembut jariku dan memandangku lurus. Aku tak tahu harus mengawali darimana tentang pembenaran atas semua yang kau lakukan padaku.

Dan aku mulai cemburu pada semua yang mendekatimu. Semua yang mendekatimu seperti dengungan lebah yang tak pernah berhenti di telingaku. Seperti nyalat matahari yang selalu membuatku panas dan ingin menutup mata. Tapi selalu kau dinginkan saat percakapan menjadi milik kita berdua, bahkan tak seorang pun mampu masuk ke tengahnya.

"You know I'm such a fool for you, you got me wrapped around your finger, do you have to let it linger, do you have to?"
Cranberries, kesukaanku yang jadi kesukaanmu juga. Sekarang, aku benar-benar merasa bodoh karenamu.

Hujan semakin deras dan aku sudah sampai di detik kepasrahanku. Bendera putih berkibar di seluruh pembuluhku. Aku menyerah tentangmu dan mulai berkemas, pergi meninggalkan semua yang kenangan.

Rintik gerimis tanda hujan mereda dan kulangkahkan kakiku menuju tempatku menepikan cerita. Tergopoh-gopoh kau datang dalam kepayahan dan basah. Dalam nafas yang memburu kau bertanya, "Apakah aku terlambat ?"


--Jogja, 5 september 2010 19:15--
--kembali menulis tentang kisah berbumbu imajinasi--